Mari Silakan , Ini Untuk Anda

Mulailah dengan senang dan penuh kepercayaan diri. Jangan lewatkan kesempatan untuk senantiasa mendapatkan nilai tambah yang lebih baik dan bermanfaat .

Bagi yang kelas X ini adalah materi untuk berlatih menulis.

Berlatihlah mendengarkan /menyimak informasi dengan cermat. Kalau perlu mintalah temanmu menyampaikan informasi lalu simaklah baik-baik. Buatlah catatan singkat perihal pokok-pokok informasi tersebut. Janganlah segan mencoba untuk mencatat segala informasi yang kau dapat baik dengan sengaja maupun tidak. Anggaplah kau sebagai jurnalis yang selalu mencari informasi untuk dibagikan kepada masyarakat. Jangan lupa kirimkan juga kepada gurumu melalui alamat email berkut ini

smanax5@gmail.com (bagi siswa kelas x5)
smanax6@gmail.com (bagi siswa kelas x6)
smanax7@gmail.com (bagi siswa kelas x7)

Senin, 26 Agustus 2013

Menulis Paragraf Narasi (Cerita)



Paragraf Narasi
Apa itu Paragraf Narasi? apa definisinya? pernahkah teman teman menulis sebuah paragraf narasi?

Paragraf narasi merupakan salah satu jenis paragraf yang mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa berdasarkan urutan waktu. Paragraf narasi terdiri atas narasi kejadian dan narasi runtut cerita.

1. Paragraf narasi kejadian adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa.
2. Paragraf narasi runtut cerita adalah pola pengembangan yang menceritakan suatu urutan dari tindakan atau perbuatan dalam menciptakan atau menghasilkan sesuatu.

Berdasarkan jenis cerita, narasi dibagi menjadi dua macam.
1. Narasi yang mengisahkan peristiwa yang benar-benar terjadi atau cerita nonfiksi. Misalnya, cerita perjuangan pahlawan, riwayat atau laporan perjalanan, biografi, dan autobiografi.
2. Narasi yang hanya mengisahkan suatu hasil rekaan, khayalan, atau imajinasi pengarang. Jenis karangan ini dapat dilihat pada roman, cerpen, hikayat, dongeng, dan novel. Jenis karangan narasi ini disebut karangan narasi sugestif. Narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal atau imajinasi karena sasaran yang ingin dicapai yaitu kesan terhadap peristiwa.

Contoh Paragraf Narasi

Berikut akan kami berikan contoh dari paragraf Narasi, baik contoh paragraf narasi kejadian maupun contoh paragraf narasi runtut cerita.

Contoh Paragraf Narasi Runtut cerita

LAHIR di Yogyakarta, 18 Septemberr 1943, Kuntowijoyo sudah bergelut dengan kegiatan tulis-menulis sejak 1958 ketika ia masih duduk di kelas tiga SMP. Cerpen-cerpen awalnya muncul di majalah Sastera dan Horison. Meraih gelar doktor dalam bidang sejarah pada Universitas Columbia (1980) dengan disertasi berjudul Social in An Agrarian Society Madura 1 1 (kini dalam proses penerjemahan ulang untuk diterbitkan dalam edisi bahasa Indonesia), Kunto dikenal sebagai sejarawan sekaligus sastrawan andal. Beberapa karya sastranya sudah dibukukan, di antaranya Dilarang Mencintai Bunga- Bunga (kumpulan cerpen); umput- umput Danau Bento (1968) dan Topeng (1973): naskah drama; Kereta Api yang Berangkat Pagi Hari (1966), Pasar (1972), dan Khotbah di Atas Bukit (1976): novel; Isyarat dan Suluk Awang- wung (kumpulan puisi). Buku-bukunya di bidang sejarah, sosial, dan budaya juga telah terbit, seperti Dinamika Sejarah mat Islam Indonesia (1985); Budaya dan Masyarakat (1987); Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi (1991), dan adikalisme Petani (1993). Tiga di antara sekian banyak cerpennya yang dimuat di Kompas terpilih sebagai cerpen terbaik Kompas dalam tiga tahun berturut-turut, yakni Laki-laki yang Kawin dengan Peri (1995); Pistol Perdamaian (1996); dan Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan (1997). Ketika novel ini dalam prosespenerbitan, Kuntowijoyo yang kini tercatat sebagai Koordinator Mata Kuliah Jurusan Sejarah Fakultas Sastra UGM tengah mempersiapkan naskah pidato untuk upacara pengukuhan dirinya sebagai guru besar tetap pada Fakultas Sastra UGM.

Contoh Paragraf Narasi Kejadian

DALAM setting budaya Jawa berikut warna Islam yang selalu mewarnai karya-karya Kuntowijoyo, tokoh Abu Kasan Sapari tumbuh dalam suatu proses dialektika dengan zamannya ketika ”bumi gonjang-ganjing, langit megap-megap”. Sebagai pegawai di sebuah kecamatan di kaki Gunung Lawu, Jawa Tengah, Abu berkesempatan tampil sebagai saksi sejarah menjelang tumbangnya kejayaan sebuah orde yang kemaruk. Orde Baru! Sampai akhirnya tanda-tanda zaman itu muncul, isyarat bahwa pemerintah yang tengah berkuasa akan segera ambruk. Lalu, pada suatu malam pada musim kemarau, hujan lebat – oleh masyarakat dinamakan hujan salah musim – itu datang disertai angin ribut. ”Pagi hari, hujan dan angin reda. Orang-orang keluar ke terminal. Beringin itu tumbang! Pohon yang selama ini tegak menghadapi musim hujan dan angin itu terbujur, akar-akarnya mencuat di atas tanah 


Nah, sebagai latihan tulislah paragraf narasi tentang tokoh yang kalian kenal!

Senin, 29 April 2013

CTRAAN dalam PUISIBahkan batu-batu yang keras dan bisu Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri Menggeliat derita pada lekuk dan liku bawah sayatan khianat dan dusta. Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu menitikkan darah dari tangan dan kaki dari mahkota duri dan membulan paku Yang dikarati oleh dosa manusia. Tanpa luka-luka yang lebar terbuka dunia kehilangan sumber kasih Besarlah mereka yang dalam nestapa mengenal-Mu tersalib di dalam hati. (Saini S.K)



puisi-bektipatria

Untuk memberikan gambaran yang jelas, untuk menimbulkan suasana, untuk membuat lebih hidup dan menarik, dalam puisi penyair juga sering menggunakan gambaran angan. Gambaran angan dalam puisi ini disebut citraan (imagery)
Citraan atau pengimajian adalah gambar-gambar dalam pikiran, atau gambaran angan si penyair. Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji (image). Gambaran pikiran ini adalah sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata (indera penglihatan). Citraan tidak membuat kesan baru dalam pikiran.
Jenis/macam citraan (imaji)
1.   Citraan penglihatan (visual imegery)
Citraan penglihatan adalah citraan yang ditimbulkan oleh indera penglihatan (mata). Citraan ini paling sering digunakan oleh penyair. Citraan penglihatan mampu memberi rangsangan kepada indera penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat.
Contoh:
Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai
(Amir Hamzah, Padamu Jua)
2.   Citraan pendengaran (auditory imagery)
Citraan pendengaran adalah citraan yang dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara, misalnya dengan munculnya diksi sunyi, tembang, dendang, dentum, dan sebagainya. Citraan pendengaran berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga).
Contoh:
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
(Chairil Anwar, Sajak Putih)
3.   Citraan perabaan (tactile imagery)
Citraan perabaan adalah citraan yang dapat dirasakan oleh indera peraba (kulit). Pada saat membacakan atau mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat menemukan diksi yang dapat dirasakan kulit, misalnya dingin, panas, lembut, kasar, dan sebagainya.
Contoh:
Kapuk randu, kapuk randu!
Selembut tudung cendawan
Kuncup-kuncup di hatiku
Pada mengembang bermerkahan
(WS Rendra, Ada Tilgram Tiba Senja)
4.   Citraan penciuman (olfactory)
Citraan penciuman adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera penciuman. Citraan ini tampak saat kita membaca atau mendengar kata-kata tertentu, kita seperti mencium sesuatu.
Contoh:
Dua puluh tiga matahari
Bangkit dari pundakmu
Tubuhmu menguapkan bau tanah
(WS Rendra, Nyanyian Suto untuk Fatima)
5.   Citraan pencecapan (gustatory)
Citraan pencecapan adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera pencecap. Pembaca seolah-olah mencicipi sesuatu yang menimbulkan rasa tertentu, pahit, manis, asin, pedas, enak, nikmat, dan sebagainya.
Contoh:
Dan kini ia lari kerna bini bau melati
Lezat ludahnya air kelapa
(WS Rendra, Ballada Kasan dan Patima)
6.   Citraan gerak (kinaesthetic imagery)
Citraan gerak adalah gambaran tentang sesuatu yang seolah-olah dapat bergerak. Dapat juga gambaran gerak pada umumnya.
Contoh:
Pohon-pohon cemara di kaki gunung
pohon-pohon cemara
menyerbu kampung-kampung
bulan di atasnya
menceburkan dirinya ke kolam
membasuh luka-lukanya
(Abdulhadi, Sarangan)
Selain citraan di atas, ada pula ahli sastra yang menambahkan jenis citraan lain, yaitu:
1.   Citraan perasaan
Puisi merupakan ungkapan perasaan penyair. Untuk mengungkapkan perasaannya tersebut, penyair memilih dan menggunakan kata-kata tertentu untuk menggambarkan dan mewakili perasaannya itu. Sehingga pembaca puisi dapat ikut hanyut dalam perasaan penyair.
Perasaan itu dapat berupa rasa sedih, gembira, haru, marah, cemas, kesepian, dan sebagainya.
Contoh:
Alangkah pilu siutan angin menderai
Mesti berjuang menghabiskan lagu sedih
Kala aku terpeluk dalam lengan-lenganmu
Sebab keinginan saat ini mesti tewas dekat usia
(Toto Sudarto Bachtiar, Wajah)
2.   Citraan intelektual
Citraan intelektual adalah citraan yang dihasilkan oleh/ dengan asosiasi-asosiasi intelektual.
Contoh:
Bumi ini perempuan jalang
yang menarik laki-laki jantan dan pertapa
ke rawa-rawa mesum ini
dan membunuhnya pagi hari
(Subagio Sastrowardoyo, Dewa Telah Mati)
Contoh puisi yang banyak mengandung citraan terlihat berikut ini.
DUKA CITA
Yang memucat wajahnya
merenungi kelabu dinding kamar
yang ditinggal mati penghuninya
sedang di luar
anjing terdiam
tak melihat kupu terbang
menjatuhkan madu di lidahnya
yang terasa getir
Angin tidak bekerja
ranting pohonan merunduk
menyesali daun kering yang terlepas
waktu perempuan berkerudung hitam
melangkah di atas daunan
berisik, menyayat hati burung
yang pecah telurnya
Tangan-tangan gadis
yang pucat mukanya
diam-diam meronce melati
sambil mengusap air mata
Di  ujung desa
jenazah sedang di sucikan
(Kuntowijoyo)

Minggu, 10 Februari 2013

Contoh Eksposisi


Contoh Eksposisi

Mengayuh Sepeda Ontel, Demi Sekolah Anak
Penulis : Robertus Belarminus | Sabtu, 6 Oktober 2012 | 16:29 WIB
|
KOMPAS.com/Robertus Belarminus Husman (52), pengojek sepedah ontel di jalan Yos Sudarso, Koja, Jakarta Utara. Jumat (5/10/2012). 
 
JAKARTA, KOMPAS.com - Jasa ojek sudah lazim dikenal masyarakat. Mengantar penumpang dengan sepeda motor bermesin tentu tidak menguras dan membutuhkan banyak tenaga. Tetapi hal ini menjadi berbeda bila ojek yang digunakan adalah sepeda tanpa motor, seperti yang dijalani Husman (52).
Pria yang berprofesi sebagai pengojek "sepeda ontel" di jalan Yos Sudarso, Koja, Jakarta Utara itu, tentu merasakan beratnya mengayuh pedal sepeda ketika mengais rejeki. Ditemui Kompas.com, tatkala tengah menanti penumpang, Husman mengaku menjalani profesi tersebut sejak lama.
"Sudah sepuluh tahun saya narik, dulu masih sih rame-ramenya (penumpang)," kata Husman, Jumat (5/10/2012) sore. Demi rupiah, rasa lelah dan pegal tak jadi beban bagi pria asal Tegal, Jawa Tengah itu. Uang yang didapat tak lain untuk menafkahi keluarga, terutama bagi tiga anaknya, yang dua di antaranya sudah duduk di bangku SMK dan SD, sedangkan yang bungsu belum bersekolah.
Ditemani topi pudar penutup kepalanya, Husman bercerita bahwa terkadang ia harus mencari usaha sambilan untuk menambah penghasilannya ketika sepi penumpang. Maklum saat ini penghasilannya terbilang tak banyak, bahkan tidak lagi mencukupi untuk menghidupi keluarga.
"Sekarang saingannya banyak, udah banyak ojek motor (bermesin), sama angkot. Orang-orang juga sekarang sudah punya motor sendiri. Ya, kalo jaman dulu sih ojek sepeda ontel nggak ada saingan." ujar Husman mengenang.
Pedal sepeda yang dikayuh tidaklah ringan. Walaupun sudah biasa, rasa pegal masih dirasakannya. Kadang perjalanan panjang harus ditempuh bila ada penumpang dengan tujuan jauh. "Ya tergantung sewa, ada yang deket, ada yang jauh. Kadang ada yang ke Terminal Priok, ke Rawa Badak, atau ke Warakas. Kalau sewanya jauh ya bisa sampai 20 kiloan. Lumayan capek, namanya juga pake tenaga," ujarnya tersenyum.
Tak jarang dalam satu hari Husman tidak mendapatkan penumpang. Trasportasi modern membuat sepeda ontel yang ramah lingkungan itu perlahan mulai ditinggalkan. Namun, Husman masih setia menarik sepeda milik bosnya itu.
Bertahun-tahun menggowes sepeda, Husman akrab dengan padatnya lalu lintas ibukota. "Pernah lagi macet, kendaraan yang di depan berhentinya mendadak. Saya nabrak belakang motor. Enggak diomelin sih, cuma diplototin  aja gitu," ceritanya disambut tawa.
Meski penghasilannya sehari rata-rata hanya 10 ribu sampai 20 ribu, Husman tetap mempunyai harapan. Ia berdoa agar rejeki yang diperoleh dapat dipakai menyekolahkan anak-anaknya sehingga mereka memiliki masa depan lebih baik. "Pengennya anak biar jadi orang, jangan kayak bapaknya," ujarnya sambil mengelus sepeda tuanya.
Editor :
A. Wisnubrata